AKU



Cari Blog Ini

Senin, 30 Juli 2012

KATEGORI PERUBAHAN LINGKUNGAN YANG DINILAI


Perubahan lingkungan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia bisa mempengaruhi berbagai macam penerima (receptors) dan objek (objects). Perubahan-perubahan lingkungan tersebut bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    Kesehatan manusia (human health).
2.    Lingkungan hidup (living environment).
3.    Aliran-aliran output yang bisa direproduksi (reproducible output flows).
4.    Stok yang bisa direproduksi (reproducible stocks).
5.    Stok yang tidak bisa direproduksi (non-reproducible stocks).
6.    Pemandangan alam dan ekosistem (ecosystem and landscapes).
Efek degradasi lingkungan seperti polusi air dan udara terhadap kesehatan manusia bisa sangat berbahaya jika konsentrasi polusinya melebihi standart yang aman bagi kesehatan manusia. Efek perubahan lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan hidup berkaitan dengan efeknya terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal dan lingkungan kerja serta arena rekreasi. Selanjutnya diamati tentang bagaimana efek lingkungan dalam kaitannya dengan pemandangan alam, ekosistem dan tata guna lahan terutama yang berhubungan dengan situasi pedesaan dan ekosistem yang dipertahankan secara artifisial.
Dalam menilai sisi ekonomi dari perubahan lingkungan yang terjadi terutama perbaikan kualitas lingkungan, maka unsur-unsur yang terkait dalam proses perubahan serta nilai perubahan itu harus diperhitungkan. Jika penyediaan barang lingkungan meningkat, maka surplus konsumen akan meningkat karena penggunaan barang lingkungan tersebut baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya pada kasus pengembangan daerah atau lokasi yang bersih dan sehat, maka sumber daya tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan langsung seperti untuk rekreasi, perikanan komersial, irigasi pertanian, produksi air minum, dan sebagainya. Dampak positif pengembangan kondisi lingkungan yang berkualitas terhadap ekosistem dan estetika cenderung meningkatkan penggunaan dan pemanfaatannya untuk keperluan lain.
Dalam rangka analisa ekonomi lingkungan, penilaian keuntungan dari perubahan lingkungan itu sangat kompleks karena nilai keuntungan itu bukan hanya nilai moneter (berupa uang) dari konsumen yang menikmati langsung (user)  jasa perbaikan kualitas tetapi juga nilai yang berasal dari konsumen potensial dan orang lain karena alasan tertentu (non-users). Terlepas dari keuntungan yang dinikmati oleh pengguna langsung jasa lingkungan, bukan pengguna langsung atau pengguna potensial (non users) jasa tersebut mungkin juga memperoleh keuntungan dari penyediaan barang lingkungan tersebut. Beberapa sumber benefit yang bisa diperoleh bukan pengguna langsung jasa lingkungan adalah sebgai berikut:
1.    Nilai pilihan (option value). Meskipun seseorang tidak mempunyai  rencana untuk menggunakan jasa lingkungan (amenity) itu, mereka kadang-kadang mau membayar sebagai pilihan untuk memanfaatkannya di masa datang. Sebagai contoh seorang yang memiliki mobil yang walaupun tidak ada rencana untuk memanfaatkan transportasi umum, berkeinginan untuk membayar sesuatu mempertahankan operasi transportasi umum tersebut, sebagai pilihan kalau suatu saat mobilnya mogok atau rusak, membayar sebgai pilihannya untuk masa datang.
2.    Nilai eksistensi/keberadaan (existence value). Nilai atau harga yang diberikan oleh seseorang terhadap eksistensi barang lingkungan tertentu, misalnya: obyek tertentu, spesies, atau alam dengan didasarkan pada etika atau norma tertentu. Misalnya, orang mau membayar sesuatu agar paus di lautan tetap ada atau hidup, meskipun mereka tidak punya niat untuk pergi melihat.
3.    Nilai masa depan (bequest value). Orang bisa jadi membayar bagi ketersediaan barang-barang lingkungan tertentu seperti, obyek, spesies, alam, untuk generasi yang akan datang. Dengan demikian nilai suatu barang lingkungan terdiri dari nilai yang diperoleh langsung dari pengguna barang atau jasa tersebut (user values) dan nilai dari bukan pengguna jasa tersebut. Kategori nilai bukan pengguna langsung pada beberapa barang lingkungan bisa dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Nilai Dari Bukan Pengguna Langsung Dari Tiap Kategori Benefit Kebijakan Lingkungan.
KATEGORI BENEFIT
NILAI DARI BUKAN PENGGUNA JASA
EKSISTENSI
PILIHAN
MASA DEPAN
§  Kesehatan manusia, tingkat kematian, sakit.
§  Kondisi kehidupan.
§  Aliran produksi yang diproduksi.
§  Stok yang bisa direproduksi.
§  Stok yang tidak bisa direproduksi.
§  Ekosistem/landscapes.
X




X
X


X
X
X
X
X





X
X

          Nilai potensial dari perubahan lingkungan seperti diatas harus bisa diukur akan menggambarkan nilai ekonomi riial dari kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Perkiraan biaya dan keuntungan untuk barang lingkungan adalah sesuatu yang rumit dan kompleks. Kekompleksitasan itutidak hanya disebabkan oleh beragamnya masalah lingkungan yang harus dikaji dan diteliti tetapi juga oleh beragamnya metode yang bisa digunakan untuk mengestimasinya, yang masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing.
          Ada dua metode utama dalam penilaian benefit dari perubahan lingkungan, yaitu:
1.    Metode penilaian non-moneter (non monetary valuation methods). Berdasarkan metode ini dampak perubahan lingkungan diukur dengan menggunakan skala pengukuran tertentu sehingga bisa diketahui derajat atau tingkat perubahan lingkungan yang terjadi. Metode pengukuran yang bisa dipakai ada tiga macam, yaitu;
a.    Skala ordinal (ordinal scale). Unsur-unsur dalam skala ordinal diranking dengan urutan tertentu tetapi jarak antara dua posisi adalah tidak diketahui. Skala ini digunakan untuk informasi yang kualitatif yang bisa dirangking seperti tidak pernah, kadang-kadang, selalu, tetapi bisa juga menggunakan urutan angka seperti 1, 2, 3. Dampak yang diukur dengan skala ini dikategorikan kualitatif.
b.    Skala interval (interval scale).  Dengan cara ini, unsur-unsur diurutkan dengan urutan tertentu tetapi jarak antara dua posisi diketahui. Suatu skala interval tidak ada sumbernya, sehingga rasionya tidak bisa dihitung. Misalnya temperatur dalam derajat celsius. Jarak antara 2o C dengan 3oC adalah sama dengan jarak antara 12oC dengan 13oC, tetapi tidak bisa menyimpulkan, misalnya 20oC adalah lebih panas dua kali lipat dibandingkan 10oC.
c.    Skala rasio (ratio scale). Skala rasio adalah tidak lain dari skala interval tetapi mempunyai sumber/dasar, sehingga bisa dihitung. Contoh temperatur in Calvin, penduduk suatu kota, dan sebagainya.
2.    Metode penilaian moneter (monetary valuation methods). Metode penilaian moneter ini ialah metode yang menilai efek dari perubahan kualitas lingkungan dengan nilai uang (IDR) dengan menggunakan metode-metode penilaian ekonomi yang telah dikembangkan.
Telah banyak metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan. Sampai sekarang ini telah berkembang sekitar lima belas jenis metode penilaian ekonomi perubahan kualitas lingkungan. Yang paling populer adalah metode valuasi contingent (MVC/contingen valuation method). Dan metode ini dianggap paling superior untuk saat ini.

A.   Metode Valuasi Contingent.
Metode valuasi contingent (MVC), adalah metode teknik survey untuk menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan. Secara prinsip, metode ini memiliki kemampuan untuk diterapkan dalam menilai keuntungan dari penyediaan barang lingkungan pada lingkup masalah lingkungan yang luas dan juga mampu menentukan pilihan estimasi harga pada kondisi ketidakmenentuan (uncertainty).
    Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa bagi orang yang mempunyai preferensi yang benar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mentransformasi preferensi tersebut kedalam bentuk nilai moneter/uang. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakan ketika situasi hipotetis yang disodorkan kepadanya akan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Dengan dasar asumsi ini, maka pada dasarnya metode MVC ini menilai barang lingkungan dengan menyatakan dua pertanyaan berikut:
1.    Berapakah jumlah maksimum uang yang ingin dibayar oleh seseorang atau rumahtangga (willingness to pay) setiap bulan atau setiap tahunnya untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan.
2.    Berapakah jumlah maksimum uang yang bersedia diterima oleh seseorang atau rumahtangga (willingness to accept) setiap bulan atau setiap tahunnya sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan (dampak negatif dari lingkungan).
Kedua pertanyaan ini perlu untuk menentukan suatu pasar hipotesis terhadapa perubahan lingkungan yang diinginkan.
          Asumsi dasar dari MVC adalah sebagai berikut:
1.    Bahwa individu-individu memahami benar pilihan-pilihan yang ditawarkan pada mereka dan bahwa mereka cukup familiar atau tahu kondisi lingkungan yang dinilai, dan.
2.    Bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh-sungguh apa yang akan mereka lakukan jika pasar untuk barang lingkungan itu benar-benar terjadi.
Untuk mendapatkan penilaian keuntungan yang obyektif dengan menggunakan MVC, maka harus diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil akhir penelitian. Paling tidak ada lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu:
1.    Penentuan populasi dan obyek yang dinilai.
2.    Desain daftar pertanyaan.
3.    Metode bertanya.
4.    Ketersediaan barang penunjang.
5.    Analisis data.
Penentuan populasi dan obyek yang dinilai.
Sebelum melangkah lebih jauh, tahap pertama yang harus diperhatikan adalah menentukan populasi atau siapa yang akan diminta memberikan nilai barang lingkungan yang diteliti serta obyek yang akan diteliti itu sendiri. Populasi yang akan memberikan nilai terhadap perubahan lingkungan yang diteliti bisa terdiri dari para pengguna langsung jasa lingkungan itu sendiri serta pengguna potensial di kemudian hari atau yang menginginkan perubahan lingkungan itu terjadi(non-users). Sehingga dalam MVC ini, populasi yang diteliti harus didefinisikan dengan jelas, lalu kemudian ditentukan strategi pengambilan sampel yang memuaskan dan representatif. Obyek yang diteliti haruslah didefinisikan dengan jelas untuk menggambarkan isu kebijaksanaan yang akan diteliti atau dikaji. Studi yang benar harus memaparkan secara detail tentang sumber daya atau perubahan kualitas lingkungan yang akan dinilai. Tidak hanya dibutuhkan diskripsi verbal tetapi juga ditambah dengan photo, grafik dan peta/map. Definisi produk yang ideal harus memadukan antara deskripsi yang detail tentang informasi teknik dan kebutuhan menyampaikannya kepada responden agar bisa dipahami dengan jelas. Orang membutuhkan informasi yang lengkap tentang barang lingkungan yang akan dinilai, agar responden bisa memberikan nilai yang realistik tentang penilaian perubahan kualitas lingkungan yang akan diteliti.
Desain dan bentuk daftar pertanyaan.
Desain dan bentuk daftar pertanyaan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan akurasi dan objektivitas data yang diperoleh dalam menentukan bentuk transaksi ekonomi dari kebijaksanaan lingkungan. Daftar pertanyaan harus didesain agar bisa memberikan hasil yang memuaskan dimana transaksi bila dilaksanakan dengan semestinya. Suatu transaksi yang benar adalah transaksi yang terjadi dimana orang mempunyai informasi yang lengkap sehingga bisa menentukan kepentingan terbaik mereka, sehingga nilai transaksi yang terjadi betul-betul valid dan bisa dipercaya, serta menggambarkan nilai KUMB (kemauan untuk membayar) yang sebenarnya. Untuk menjamin terdeteksinya nilai transaksi yang sebenarnya maka daftar pertanyaan harus didesain sehingga menggambarkan tiga unsur sebagai berikut:
1.    Deskripsi tentang perubahan lingkungan, ada dua tahap yang bisa ditempuh,
a.    Pertama , mengidentifikasi bentuk-bentuk atribut perubahan yang bernilai atau substansi dari perubahan tersebut.
b.    Kedua, melakukan spesifikasi terhadap lokasi dimana perubahan yang dinilai itu terjadi. Namun demikian faktor lain yang bisa berpengaruh terhadap nilai dari suatu perubahan lingkungan harus pula dijelaskan, misalnya deskripsi tentang cakupan substitusi yang tersedia pada perubahan itu, serta isu-isu yang berkaitan dengan sumber-sumber perubahan lingkungan.
Secara formal, perubahan lingkungan itu diartikan sebagai deskripsi tentang referensi dan target dari masing-masing atribut yang bernilai tersebut. Disamping itu, sejauh mana perubahan lingkungan itu terjadi, pada periode mana perubahan itu terjadi, dan kemungkinan bahwa perubahan itu terjadi harus juga dijelaskan. Hal-hal tersebut diatas berpengaruh besarnya nilai ekonomi yang diberikan oleh responden terhadap perubahan lingkungan tersebut.
2.    Deskripsi tentang metode pembayaran.
Ada dua kriteria dalam memilih metode pembayaran dalam MVC, yaitu realistik dan netralitas. Dalam menentukan metode pembayaran yang diuslkan kepada responden, ada dua tahap yang bisa ditempuh:
a.    Identifikasi atribut nilai dari metode pembayaran,
b.    Meliputi spesifikasi lokasi dari masing-masing atribut bernilai tersebut.
Sementara itu, dalam mengukur nilai dari suatu perubahan lingkungan berarti menyelidiki semua transaksi yang memungkinkan seperti uang, waktu usaha, dan ketidaksenangan. Karena tujuan MVC adalah untuk menanyakan kesediaan atau keinginan untuk membayar dalam bentuk uang, maka atribut perubahan lingkungan harus diperhitungkan dalam bentuk uang.
Nilai uang dari perubahan lingkungan itu meliputi nilai pengguna langsung dan bukan langsung. Lalu nilai ini diterjemahkan dalam cara pembayaran misalnya dalam bentuk pajak, namun cara pembayaran ini bisa berpengaruh terhadap besarnya nilai yang diberikan responden, sehingga timbuk apa yang disebut bias bentuk pembayaran. Lalu berapa tingkat pembayaran yang akan dilakukan tergantung berapa jumlah yang diberikan oleh rumahtangga (responden), dengan asumsi bahwa mereka mampu menilai keuntungan dari perubahan lingkungan bagi seluruh anggota rumah tangga dan mengetahui pengeluaran yang berkaitan dalam rumah tangga. Selanjutnya ditentukan alat penilaian apakah dengan menggunakan KUMB atau KUMN.
3.    Deskripsi tentang pasar hipotesis.
Karena transaksi uang terjadi dalam bentuk konteks sosial, sehingga perlu dibuat atau disusun pasar hipotesis, jika transaksi itu bisa terjadi. Oleh karena itu pasar ini harus pula dijelaskan dalam daftar pertanyaan. Dalam hal ini, disarankan untuk menempuh cara berikut:
a.    Pertama, Organisasi yang akan mengadakan perubahan lingkungan harus dinyatakan dengan jelas dalam daftar pertanyaan terlebih-lebih jika nama organisasi itu bisa berpengaruh terhadap nilai yang diberikan oleh responden. Ini bisa saja terjadi misalnya responden tidak menaruh kepercayaan terhadap lembaga tersebut.
b.    Kedua, dalam daftar pertanyaan harus menjelaskan siapa saja yang akan membayar perubahan lingkungan tersebut, walaupun pada akhirnya untuk mempengaruhi responden untuk betul-betul membayar adalah persoalan lain.
Metode bertanya.
Alternatif yang bisa ditempuh dalam mengajukan pertanyaan kepada responden sangat beragam. Pendekatan itu terdiri dari metode tawar menawar, pertanyaan terbuka, kartu pembayaran, pertanyaan pilihan dikotomi, metode rangking.
1.    Metode Tawar Menawar (MTM)/ the bidding game.
Metode ini diperkenalkan Davis (1963), dan berkembang menjadi metode yang populer. Pada bentuknya yang standar, bentuk pelaksanaan metode ini adalah dengan menanyakan responden apakah dia mau membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika ya, maka besarnya nilai uang dinaikkan sampai tingkat yang disepakati. Sebaliknya jika tidak, nilai uang itu diturunkan sampai jumlah uang yang disepakati. Akhirnya ditanyakan berapakah jumlah maksimum KUMB atau KUMN. Kekurangan metode ini adalah kemungkinan terjadinya bias dalam menentukan nilai tawaran pertama.
2.    Metode Pertanyaan Terbuka (MPT) /open ended question.
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayar terhadap perubahan lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberikan petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai yang diberikan terhadap perubahan lingkungan. Metode ini juga bisa dilkukan baik dengan wawancara langsung, per telepon atau  melalui pos. Kekurangan metode ini adalah kurang akurasinya nilai yang diberikan, kadang terlalu rendah dan kadang terlalu tinggi. Para peneliti meragukan metode ini karena cara ini tidak memberikan stimulan dan informasi yang cukup terhadap responden untuk mempertimbangkan pembayaran maksimum yang akan diberikan jika pasarnya betul-betul tersedia.
3.    Metode Kartu pembayaran (MKP)/payment card method.
Metode ini bisa mengatasi bias titik awal pada MTM. Metode ini menawarkan responden suatu kartu yang terdiri dari nilai KUMB dalam mana dia bisa mimilih nilai maksimum yang sesuai dengan preferensinya. Untuk meningkatkan kualitas metode ini, kadang-kadang diberikan semacam nilai patokan (bencmark) yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Kelebihan metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu seperti pada MTM. Kekurangannya adalah nilai yang diberikan responden bisa terpengaruh oleh besarnya nilai yang tertera di kartu yang disodrkan.
4.    Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (MPPD)/dichotomous-choice questions/ take-it or leave it method.
Metode ini dengan cara memberikan responden jumlah uang tertentu (jumlah tawaran) dan ditanyakan apakah responden mau membayar atau tidak untuk memperoleh peningkatan lingkungan tertentu. Metode ini seperti tahap awal yang dilakukan pada MTM. Kelebihannya responden bisa jadi menganggap lebih mudah untuk menentukan apakah nilai yang ingin dibayar mereka diatas atau dibawah jumlah yang ditawarkan daripada memberikan jumlah tertentu, sehingga metode ini dianggap lebih akurat. Kelebihan lain adalah dengan dihadapkan dengan pilihan ya dan tidak, ini menjamin kepentingan terbaik responden untuk memutuskan preferensi yang sebenarnya. Namun demikian, metode ini membutuhkan sampel yang besar untuk menghitung rata-rata nilai KUMB karena ada kemungkinan banyak responden yang menjawab tidak.
5.    Metode Rangking Contingent (MRC)/contingent ranking techniques.
Metode ini dianggap sebagai teknik baru. Dengan metode ini, responden tidak ditanyakan secara langsung berapa besar nilai yang ingin dibayar untuk perubahan lingkungan, tetapi disodorkan rangking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dan nilai moneternya. Lalu responden disuryh untuk mengurutkan alternatif dari yang paling disukai ke yang paling tidak disukai, dan nilai-nilai itu diterjemahkan melalui analisa statistik dari urutan tersebut.
Bahwa diantara metode tersebut, tidak ada yang superior dibandingkan lainnya, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, tergantung kepada peneliti untuk menyesuaikan dengan penelitiannya, kondisi yang dihadapi serta ketersediaan sumber daya penelitiannya. Berikut adalah tabel 2, yang menjelaskan kelemahan dan kelebihan secra teoritis ke lima metode tersebut.

Tabel 2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penentuan Nilai KUMB.

MPT
MTM
MKP
MPPD
MRC
Penerapan
Kesesuaian
Kemungkinan bias
Kesulitan estimasi
Kompatibel
W/T/P
Rendah
Tidak
Tidak
Tidak
W/T
Menengah
Ya
Tidak
Tidak
W/P
Menengah
Ya
Tidak
Tidak
W/T/P
Tinggi
Ya
Ya
Ya
W/T/P
Tinggi
Ya
Ya
Ya
Catatan: W=wawancara, T=telepon, P=pos.

Ketersediaan data penunjang.
Dalam mempersiapkan penelitian dengan menggunakan MVC dibutuhkan data penunjang yang lengkap. Keputusan responden untuk memberikan kesedian atau tidaknya terhadap pertanyaan tentang KUMB serta besarnya nilai yang diberikan (jika dia bersedia) tergantung kepada faktor lain yang harus ikut dipertimbangkan. Dalam hal ini KUMB adalah hanya variabel dependen yang tergantung dari faktor sosial ekonomi, budaya, serta persepsi masyarakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan. Faktor-faktor seperti pendapatan masyarakat, jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin, pengetahuan tentang lingkungan, persepsinya terhadap perubahan lingkungan, partisipasinya terhadap rekreasi (konsumen rekreasi) bisa jadi berpengaruh terhadap nilai KUMB yang diberikan responden. Karena nilai data KUMB berasal dari daftar pertanyaan, maka faktor-faktor tersebut harus betul-betul diperhatikan dalam penyusunan dan desainnya sehingga bisa mengestimasi nilai rupiah baik yang diajukan ke responden (misalnya MTM dan MPPD) atau nilai akhir KUMB untuk perubahan lingkungan tersebut.

Analisis data.
Analisa data merupakan unsur penting dalam penelitian dengan MVC. Isu yang paling sulit dalam analisa data MVC adalah bagaimana memperlakukan nilai ekstrim baik nilai nol maupun nilai yang terlalu tinggi. Praktek yang berlangsung sekarang ini adalah responden yang memberikan nilai nol diikuti dengan pertanyaan apakah nilai yang diberikan itu merupakan reaksi protes terhadap valuasi itu sehingga sulit untuk memberikan nilai atau kesulitan lain. Nilai nol yang dinilai sebagai ekspresi sebenarnya dimasukkan dalam analisis, sedangkan nilai nol lainnya  (karena protes) dikeluarkan. Biasanya nilai yang terlalu tinggi yang dianggap sebagai protes, juga dikeluarkan dari analisa, tetapi kadang-kadang dalam menentukan standar bahwa itu terlalu tinggi ditentukan sewenang-wenang.
Kesulitan analisis lainnya berkaitan dengan jawaban ya atau tidak pada MPPD. Dalam hal ini bagaimana caranya tanggapan atau jawaban itu digunakan untuk menentukan KUMb yang maksimum. Biasanya hal ini bisa diestimasi dengan menggunakan regresi Logit atau Probit yang bisa memprediksi kemungkinan penolakan nilai yang ditawarkan sebagai fungsi dari jumlah nilai yang ditawarkan dalam variabel penjelas lainnya. Probabilitas tersebut kemudian dipakai untuk menghitung tingkat ekspektasi (harapan) dari KUMB atau median nilai yang ditawarkan (pada median dimana tingkat probabilitas penolakan sama dengan0,5).

B.   Kelebihan Dan kelemahan MVC.
Reliabilitas dan validitas adalah unsur-unsur penting yang harus dimiliki oleh metode tertentu agar bisa digunakan dalam analisa  perubahan lingkungan, agar memperoleh estimasi nilai lingkungan yang mendekati kebenaran atau realistik. Reliabilitas berkaitan dengan bagaimana varian dalam nilai KUMB yang diperoleh diakibatkan oleh sumber-sumber random. Sumber itu terdiri dari dua yaitu varian yang disebabkan oleh sampel dan varian yang diakibatkan oleh instrumen. Dalam kaitannya dengan isu varian sampel, jalan keluar yang umum adalah dengan memperbesar sampel, sedangkan isu yang berkaitan dengan instrumen, jalan keluarnya adalah membuat suatu skenario VC, yang berarti masuk akal atau realistik.
          Pada umumnya para peneliti sepakat bahwa reliabilitas instrumen MVC bisa ditingkatkan dengan pengujian pendahuluan yang hati-hati, dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk berpikir tentang objek yang diteliti dan dengan menawarkan mereka kemungkinan untuk mengatakan “saya tidak tahu”, jika mereka tidak yakin atau ragu-ragu tentang pembayaran maksimum mereka.
Pendekatan yang umum digunakan untuk menguji reliabilitas estimasi VC adalah melalui konsistensi sementara nilai-nilai yang dinyatakan responden. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan prosedur test-retest dimana suatu sampel dari individu-individu ditanya untuk menanggapi satu set pertanyaan yang sama dalam dua jangka waktu yang jauh. Masalahnya adalah bagaimana menentukan selang waktu yang cocok untuk menanyakan ulang. Jika terlalu pendek jaraknya, maka kemungkinan dia masih mengingat jawaban sebelumnya, jika terlalu lama maka kemungkinan terjadi perubahan dalam faktor yang menentukan nilai yang dinyatakan. Dari studi yang telah dilakukan, interval waktu beragam mulai dari dua minggu sampai sembilan bulan.
Validitas MVC menunjuk pada tingkat suatu instrumen yang ingin diukur. Pada kasus MVC ini, jumlah maksimumuang yang diberikan responden akan benar-benar dibayar untuk barang publik jika pasar yang disusun (hipotesis) bagi barang publik itu benar-benar terjadi. Validitas MVC bisa diukur dengan memperhatikan isi, penyususunan, perbedaan pendapat (divergent), persamaan pandangan (convergent), dan prediktif. Validitas isi menunjukkan pada apakah isi instrumen itu adalah representatif bagi apa yang ingin diukur/dinilai oleh survey. Jika tidak demikian, maka akan terjadi yang disebut sebagai suatu bias karena salah spesifikasi teori. Bias itu terjadi karena peneliti mendesain skenario yang tidak benar dari titik tolak teori atau fakta situasi yang diketahui.

C.   Potensi Kesalahan Estimasi dalam MVC.
Walaupun MVC ini dianggap superior untuk mengestimasi nilai ekonomi dari perubahan kualitas lingkungan, banyak beberapa potensi kesalahan estimasi (biases) terutama dalam hubungannya dengan desain survey dan administrasi yang mempengaruhi akurasi metode ini. Jika metode ini bisa menghasilkan nilai yang relatif sama dengan nilai yang diperoleh dari pasar yang berfungsi dengan baik atau sempurna bagi barang lingkungan yang dinilai, maka hampir semua ekonom dan peneliti akan puas. Namun kenyataannya metode ini masih menghadapi potensi bias untuk mencapai standar tersebut. Kesalahan potensial estimasi nilai lingkungan dengan metode ini meliputi:
1.    Kesalahan hipotesis (hypothetical bias). Kesalahan hipotesis adalah perbedaan antara pembayaran hipotesis dengan perilaku responden sebenarnya. Kesalahan ini bisa juga terjadi dalam bentuk dimana deskripsi situasi hipotesis secara sistematis berbeda dengan situasi sebenarnya sehingga perbedaan ini mengakibatkan kesalahan sistematik. Kesalahan ini bisa dihindari dengan persiapan daftar pertanyaan yang hati-hati dan dipaparkan secara hati-hati pada suatu kelompok subyek yang berkaitan. Disamping itu untuk mengurangi potensial kesalahan hipotesis ini, maka baik situasi hipotesis dan metode pembayaran yang dipakai haruslah bisa dipercaya dan realistik.
2.    Kesalahan strategi (strategic bias). Kesalahan strategi ini terjadi ketika responden merasa bahwa dia bisa mempengaruhi hasil akhir dari nilai ekonomi perubahan lingkungan, sehingga dia tidak menawarkan nilai yang sebenarnya. Dalam hal ini, responden bisa memberikan nilai yang lebih rendah (undervalued) atau nilai yang terlalu tinggi (over valued)  tergantung dari kepentingan atau keinginan dari responden. Kesalahan strategi ini juga bisa muncul pada orang  yang bertingkah laku sebgai “free rider” sehingga memberikan nilai yang sangat rendah bahkan nol, agar publik lain bersedia menyediakan barang itu, karena toh dia akan tetap bisa ikut menikmatinya. Untuk mengurangi kesalahan strategi ini, maka responden harus benar-benar dibuat sedemikian rupa agar mau menyatakan nilai lingkungan itu dengan jujur.
3.    Kesalahan informasi (information bias). Jumlah dan kualitas informasi tentang sumber daya yang dinilai bisa berpengaruh terhadap besarnya nilai yang ingin dibayar untuk sumber daya tersebut. Kurangnya informasi yang berkaitan dengan sumber daya yang dinilai bisa mempengaruhi nilai yang diberikan, bisa jadi nilai lebih rendah atau sebaliknya. Oleh karena itu, tersedianya informasi yang jelas dan tepat tentang situasi yang sebenarnya terhadap lingkungan yang dinilai, akan mengurangi nilai estimasi karena faktor biasnya informasi tersebut. Dengan memberikan informasi secara sederhana, sesuai dengan tujuan dan dikemukan dengan cara konsisten juga bisa mengurangi efek dari biasnya informasi tersebut.
4.    Kesalahan titik awal nilai tawaran (starting point bias). Kesalahan ini terjadi pada penggunaan pendekatan tawar-menawar (bidding process) . kesalahan muncul ketika responden diberikan suatu nilai awal tertentu, dan responden disuruh untuk menaikkan atau menurunkan nilai itu, dan pada sisi lain responden tidak yakin akan nilai yang dia berikan karena dipengaruhi oleh nilai awal tadi. Kesalahan ini bisa diatasi dengan beberapa cara:
a.    Menggunakan semacam kartu pembayaran yang memberikan suatu kisaran tertentu. Beberapa kartu ditawarkan ke responden dan disuruh dengan bebas untuk memilih nilai yang diingininya. Namun dengan cara ini, responden masih juga terganggu dengan nilai yang telah ditulis dikartu itu.
b.    Menggunakan format terbuka dimana responden menulis atau menawarkan nilai yang ditentukan mereka sendiri. Namun ternyata ada persoalan dalam hal ini, dimana akan menghasilkan nilai yang rendah sekali atau bahkan terlalu tinggi dibandingkan dengan metode lainnya.
5.    Kesalahan alat (vehicle bias). Kesalahan ini muncul dimana responden tidak memberikan nilai karena mereka tidak setuju dengan cara atau metode yang dipakai untuk memperoleh nilai yang ditawarkan. Kesalahan ini bisa dideteksi dengan menanyakan kembali responden yang memberikan nilai nol tadi, apakah mereka lebih senang menggunakan metode pembayaran yang lain. Jika banyak yang menyatakan ya maka kesalahan alat menjadi jelas.
Dengan adanya kemungkinan terjadinya beberapa kesalahan estimasi nilai lingkungan dengan menggunakan metode MVC ini, maka dalam mendesain suatu pertanyaan serta menentukan strategi dalam melakukan survey atau wawancara harus memperhatikann potensi kesalahan estimasi tersebut. Kemampuan untuk mengurangi, atau kalau bisa mengeliminasi potensi kesalahan tersebut memungkinkan nilai lingkungan yang diberikan oleh responden akan mendekati nilai yang sebenarnya, sehingga ketika hasilnya itu diwujudkan dalam bentuk kebijaksanaan lingkungan (melalui instrumen ekonomi/mekanisme pasar) akan menjadi realistis dan bisa dipercaya. Partipasi masyarakat atau konsumen lingkungan akan meningkat, sehingga upaya pengendalian dampak lingkungan bisa dilakukan.
D.   Metode Estimasi Nilai Lingkungan Lainnya.
1.   Metode Dosis-Respon.
Metode dosis respon (MDR- the dose response method) ini berdasarkan pada gagasan bahwa bagi kebanyakan aktivitas, kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Misalnya,  kualitas air bagi industri yang menggunakan air untuk tujuan pengolahan atau proses produksi. Bagi kegiatan-kegiatan seperti itu, peningkatan kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang bisa jadi selanjutnya mengakibatkan terjadinya suatu perubahan terhadap harga, output dan atau tingkat pengembalian modalnya. Dengan menganggap bahwa tidak ada kesempurnaan pasar yang menggnggu harga pasar, benefit atau keuntungan dari peningkatan kualitas lingkungan itu bisa diukur dari perubahan pasar yang bisa diselidiki tersebut.
Metode ini terdiri dari dua langkah:
a.    Mengestimasi hubungan antara dosis dan respon yaitu antara tingkat polusi dan berapa dampaknya terhadap bahan-bahan tertentu. Dalam hal ini menyangkut identifikasi bagaimana caranya suatu kualitas lingkungan masuk dalam suatu fungsi produksi.
b.    Perubahan dalam respon yang disebabkan oleh kebijaksanaan lingkungan, harus diterjemahkan ke dalam efek ekonominya. Secara umum, pelaksanaan tahap kedua ini mensyaratkan pengetahuan tentang beberapa hal yaitu dampak peningkatan kualitas lingkungan terhadap biaya produksi, kondisi suplai terhadap output dan kurva permintaan yang terkait dengan kegiatan yang terlibat. Jika perubahan dalam biaya produksi tidak mempengaruhi biaya dan output marjinal, dan peningkatan kualitas lingkungan menyebabkan pengurangan dari input substitusi sempurna lainnya, maka biaya yang dihindari dari input berikutnya bisa dianggap sebagai keuntungan terhadap peningkatan kualitas lingkungan, sama halnya jika keuntungan produsen meningkat akibat peningkatan kualitas lingkungan, dengan asumsi bahwa baik produk maupun harga faktor produksi variabel tetap sama setelah peningkatan kualitas lingkungan terjadi, maka, keuntungan yang meningkat itu bisa dikatakan sebagai keuntungan dari peningkatan kualitas  lingkungan tersebut. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap bahan/material, kesehatan, produktivitas pertanian, serta kehutanan dan kebersihan rumah atau bangunan.
Metode ini mempunyai dua kelebihan, sebagai berikut:
a.    Metode ini bisa diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi. Metode yang lain bisa gagal dalam kondisi seperti itu karena metode yang lain membutuhkan perubahan yang bisa dirasakan dan beberapa respon sikap (behavioural respons).
b.    MDR merupakan metode benefit yang sulit dan biasanya menjadi perhatian pembuat kebijaksanaan. Sebagai contoh, metode inilah yang umumnya digunakan di Belanda untuk mendukung kebijaksanaan lingkungan.
Metode ini mempnyai kelemahan sebagai berikut:
a.    Metode mensyaratkan data yang memuaskan dan lengkap. Sebagai contoh, adalah sulit untuk:
1)   Memperkirakan fungsi efek dosis diakibatkan oleh hubungan yang sinergistik.
2)   Merancang model dari keragaman respons oleh produsen diakibatkan oleh kegiatan sikap mencegah atau menghindar.
3)   Untuk memasukkan efek dari output harga, dengan dibutuhkan data seperti ini, peneliti biasanya tidak melaksanakan langkah kedua dari metode ini. Sebagai jalan pintas, mereka menghitung harga pasar dikalikan dengan perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu dalam kasus-kasus seperti itu, benefit yang dihasilkan tidak bisa dikatakan sebagai pengukuran konsumer surplus.
b.    Jika  nilai tidak langsung atau nilai dari bukan pengguna adalah cukup tinggi, maka metode ini akan menyebabkan estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan lingkungan.
2.   Metode Harga Hedonik.
Lingkup penerapan metode harga hedonik (MHH/Hedonic Price Method), ini relatif terbatas, misalnya keuntungan dari adanya fasilitas rekreasi/kesenangan yang diperoleh penghuni lokasi tertentu karena peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya bangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika orang merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap seperti itu, mereka akan mau membayar lebih untuk rumah yang berada di area dengan kualitas lingkungan yang baik, dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang kualitas lingkungannya jelek. Dengan anggapan bahwa orang akan membuat pilihan seperti itu, misalnya membeli rumah sesuai persis seperti rumah yang diingininya-informasi tentang kualitas lingkungan akan diperhitungkan  dalam harga dari rumah ini.
Metode ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
a.    Harga rumah atau properti diregresi terhadap semua variabel yang diduga mempunyai pengaruh terhadap nilai rumah tersebut. Variabel-variabel itu misalnya, antara lain kualitas lingkungan, jumlah kamar, akses ke taman, kesempatan untuk pendidikan dasar, tingkat kriminal sekitar, dan sebagainya. Nilai koefisien dari variabel-variabel ini dipakai untuk menggambarkan tingkat keinginan relatif dari variabel-variabel tersebut. Dengan menghitung turunan dari fungsi ini dengan berpatokan pada karakteristik lingkungan yang dikendaki (misalnya polusi udara) menghasilkan informasi tentang jumlah uang yang ingin dibayar oleh individu bagi pengurangan marjinal dalam polusi udara (cateris paribus). Informasi ini lalu secra implisit dipandang sebagai polusi udara.
b.    Harga polusi udara di atas digunakan untuk menghitung atau mengestimasi fungsi permintaan. Harus dicatat bahwa pada tahap ini menunjukkan suatu fungsi harga hedonik yang tidak linear dalam karakteristik lingkungan. Jika tidak, harga implisitnya akan konstan. Dengan melakukan regresi harga-harga implisit terhadap kuantitasnya (lingkungan), pendapatan rumah tangga, dan karakteristik lain, fungsi permintaan yang diinginkan bisa diidentifikasikan. Lebih lanjut, dengan mengansumsi bahwa kuantitas rumah adalah tetap, maka tahap kedua ini boleh dikatakan cukup untuk mengestimasi keuntungan dari peningkatan kualitas lingkungan. Dimungkinkan metode ini digunakan untuk menilai lingkungan yang bernilai estetika dan disimpulkan bahwa, karena besarnya kebutuhan data, maka metode MHH inferior terhadap MVC.
Kelebihan MHH.
Hasil perhitungan benefit yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode ini adalah lebih akurat dari hasil survey.
Kelemahan MHH.
a.    Harga tersedia harus valid. Misalnya setiap rumah tangga memperoleh infomasi yang penuh, persepsi dampak polusi lingkungan dan mereka mampu membeli secara tepat karakteristik rumah yang dikehendaki, bahwa harga yang dibayar menggambarkan hasil tawaran kehendak membayar yang tinggi, dan pasar rumah tersebut betul-betul berada pada kondisi keseimbangan (equilibrium) . sayangnya, kondisi-kondisi seperti ini sangat sulit dijumpai di lapangan, yang disebabkan oleh bebrapa faktor, misalnya, intervensi pemerintah, kadar polusi yang terjadi tidak jelas bagi rumah tangga pembeli rumah, masalah dalam pengumpulan data dan kesulitan dalam analisa statistik, bentuk fungsional dari fungsi harga hedonik adalah tidak diketahui, esdangkan bentuk ini berpengaruh terhadap hasil penelitian, dan akhirnya nilai bukan pengguna (non-use benefit) tidak dimasukkan dalam metode ini.
b.    Tidak mampu menilai perubahan fasilitas lingkungan yang potensial atau untuk mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya ketidakmenentuan (uncertainty).
c.    Tidak bisa mengestimasi nilai eksistensi (non-user values) atau pengukuran kesejahteraan yang didasarkan pada surplus konsumen.
Validitas metode ini juga dipertanyakan berkaitan dengan data, penggunaan fungsi, dan interpretasi hasil. Idealnya , data tentang faktor-faktor yang berkaitan baik yang bisa diukur maupun yang berbentuk dummy harus tersedia, tetapi kesulitan dalam pengumpulan data dan pengukurannya adalah sulit, misalnya tentang data indeks proksi polusi, harga rumah, dan perputaran modalnya. Disamping itu, penentuan bentuk model fungsional yang dipakai mempunyai dampak yang signifikan terhadap harga yang diberikan untuk pengendalian lingkungan. Problem multi-colinearity terjadi pada sejumlah variabel yang dianalisa. Karena teori ekonomi yang mendasarinya, misalnya penawaran rumah tetap dan fungsi pasar dianggap sempurna, kadang tidak realistik. Sedangkan faktor-faktor lain yang menentukan harga rumah tidak seluruhnya tercakup dalam model sehingga mempengaruhi validitas model tersebut. Interpretasi yang tepat tentang KUM untuk penurunan tingkat polusi adalah tidak jelas, karena kurangnya teori tentang sikap konsumen terhadap pembelian rumah dan atribut yang dimiliki rumah tersebut yang berpengaruh terhadap pilihan individu konsumen.
Reliabilitas metode ini rendah, karena data yang dibutuhkan sangat besar dan sulit diperoleh terutama jika fasilitas rekreasi mensyaratkan untuk melakukan penilaian pada suatu daerah yang mengandung proporsi properti asosiasi perumahan atau pemerintah lokal. Hal ini menyebabkan sulit untuk memperoleh estimasi yang bisa dipercaya.
3.   Metode Biaya Perjalanan.
Metode Biaya Perjalanan (MBP/Travel Cost Method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan orang untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Data tersebut lalu dipakai untuk mengestimasi kurva permintaan hipotesis untuk lokasi rekreasi tersebut. Daerah dibawah kurva permintaan adalah besarnya kemauan untuk membayar untuk fasilitas di lokasi tersebut.
Model yang mendasari  metode penilaian ini yaitu dengan beranggapan bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ketempat rekreasi tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah termasuk biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah rekreasi tersebut diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga lokasi kunjungan itu. Kalau lokasi kunjungan itu adalah barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan itu dipandang sebagai nilai yang diperoleh dari penyediaan barang lingkungan tersebut.
Metode ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
a.    Tahap pertama, jumlah kunjungan ke lokasi rekreasi di regresi dengan biaya perjalanannya, biaya perjalanan pada lokasi alternatif, pendapatan rumah tangga dan satu set preferensi dan variabel tingkah laku.
b.    Tahap kedua, nilai lokasi rekreasi diperoleh dengan menghitung daerah dibawah kurva perjalanan/kunjungan, diatas biaya perjalanan rata-rata. Lebih lanjut, dengan mencocokkan (fixing) variabel-variabel selain biaya perjalanannya masing-masing pada nilai rata-ratanya, surplus konsumen rata-rata bisa ditentukan pada tingkat kunjungan rata-rata.
Jika  kualitas lingkungan dari lokasi rekreasi meningkat, ini akan mengakibatkan dalam suatu perubahan fungsi permintaan lokasi rekreasi itu pada sebelah kanan (cateris paribus). Untuk mengestimasi perubahan seperti itu, dua langkah pendekatan telah disarankan:
a.    Langkah pertama, fungsi permintaan dari beberapa lokasi rekreasi diestimasi termasuk didalamnya biaya perjalanan dan pendapatan rumah tangga.
b.    Langkah kedua, koefisien harga dari biaya perjalanan dari lokasi yang berbeda diregresikan terhadap variabel kualitatif yang beragam dari lokasi-lokasi tersebut. Koefisien-koefisien dari variabel berikutnya kemudian dimasukkan pada fungsi permintaan yang asli (sebelumnya). Dengan asumsi weak complementarity, ketika jumlah permintaan barang privat adalah nol, maka utilitas marjinal barang lingkungan juga nol., maka daerah diantara dua fungsi permintaan bisa dikatakan sebgagai suatu nilai/ukuran benefit dari peningkatan kualitas lingkungan lokasi rekreasi tersebut.
Kelebihan dari MBP, adalah, hasil perhitungan benefit berdasarkan tingkat laku pasar yang diteliti.
Kelemahannya, adalah sebgai berikut:
a.    Biaya perjalanan yang dipakai haruslah valid. Sedangkan dalam kenyataannya, adalah sulit untuk mengestimasi dengan tepat, karena misalnya kekurangan informasi tentang lokasi, berapa tingkat kesenangan yang diperoleh, dan sebagainya.
b.    Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanan. Hal ini bisa menjadi persoalan yang serius. Karena MBP hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan, karena MBP ini dibatasi pada nilai yang memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi bukan pengguna (non-users), maka benefit yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sebenarnya.
Disamping kelemahan-kelemahan diatas, metode ini mempunyai potensi masalah yang menyangkut isi metodologis dan praktisnya, yaitu sebagai berikut:
a.    Untuk tampil dengan benar, metode ini mensyaratkan jumlah data yang besar sehingga menjadi sangat mahal.
b.    Jika perjalanan ke tempat rekreasi itu dimaksudkan bukan hanya untuk tujuan berkunjung ketempat itu, tetapi juga tujuan-tujuan lain, maka biaya waktu dan uang yang dikeluarkan itu harus dibagi dengan tujuan lainnya tersebut. Masalah ini belum ditangani secara memuaskan dan masih menjadi kendala metode ini.
c.    Kurva permintaan yang diestimasi melalui KUMS hanya dari orang yang betul-betul berkunjung ke tempat ini (users). Dengan tidak memperhitungkan nilai bukan pengguna langsung (non-users) bisa mengakibatkan kesalahan serius dalam estimasi yang dikenal sebagai kesalahan pangkas (truncation biases).
d.    Adalah sangat sulit untuk menentukan suatu indikator kualitas yang cocok. Hal ini antara lain dicontohkan: persepsi individu tentang kualitas air kadang-kadang bisa sulit untuk dicocokkan dengan indikator kualitas air yang diinginkan atau persepsi ahli terhadap kualitas air. Hal ini mengakibatkan perkiraan atau prediksi tentang keberadaan rekreasi dalam kaitannya dengan kualitas air menjadi sulit.
e.    Metode ini terbatas baik baik dalam aspek kelengkapan (completeness) maupun aspek keseluruhan cakupan (comprehensiveness)  karena tidak menghitung nilai bukan pengguna langsung tempat rekreasi itu.
4.   Metode Perilaku Mencegah.
Meode Prilaku Mencegah/ Metode Prilaku Menghindar (MPM/The Averting Behaviour Method), ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi. Contoh kasus yang berkaitan dengan ini adalah kasus keabnormalan (morbidity) yang disebabkan oleh polusi udara, yang mengharuskan pasien berkunjung ke dokter. Biaya berkunjung ke dokter ini dianggap sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki kualitas lingkungan (mengurangi polusi), atau kasus resiko kerusakan kulit akibat deplesi ozon, biaya pembelian sunscream (krim untuk melindungi diri dari dampak terik matahari (ultraviolet), topi dan baju lengan panjang.
Kelebihan dari MPM ini adalah pengukuran benefit yang dihasilkan berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.
Sedangkan kelemahannya, adalah sebagai berikut:
a.    Membutuhkan data yang memuaskan atau rumit. Sebagai contoh, peneliti harus mampu mengestimasi hubungan antara interest hasil kesehatan, jumlah tingkah laku menghindar atau mencegah yang dilaksanakan dan harganya. Tambahan lagi, peneliti harus mengetahui bagaimana keefektifan tingkah laku tersebut
b.    Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisa dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas orang yang diteliti. Sebagai contoh, individu dianggap mampu menyesuaikan tingkah laku mereka secara rasional untuk menekan ketidakmanfaatan polusi, meskipun berkaitan dengan perubahan yang kecil.

5.   Perbandingan Metode Estimasi Lingkungan.
Kelima metode valuasi lingkungan tersebut mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang sedang, seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Antara Metode Valuasi Ekonomi Terhadap Kebijaksanaan Lingkungan.

METODE
Validitas
reliabilitas
kekomprehensifan
Kelengkapan/ kepraktisan
MDR
MHH
MBP
MPM
MVC
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sangat rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sangat tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Sangat tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sumber: Hoevenagel (1994).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KELUARGA AGUS SALIM

KELUARGA AGUS SALIM
SEMARANG, 3 SEPTEMBER 2011