TIGA
HARI MENUNGGU DI KERETA SAWUNGGALING
Apakah pernah menunggu
di dalam kereta selama tiga hari, bisa dibayangkan, coba............
Inilah ceritanya
kejadian tersebut.
Semalam tanggal 14
Maret 2011, sekitar jam 2-3 an, aku mengalami hal itu.
Awal mula, pada malam itu, sekitar
jam 2 an malam, aku terbangun, tetapi masih diatas tempat tidur, mestinya sa’at
itu aku harus menunaikan sholat malam. Tapi entah kenapa kok rasanya tidak beranjak
dari tempat tidur, sepertinya masih menunggu sesuatu...............
Kemudian menerawang antara tidur dan
tidak..............
Aku mau mengadakan perjalanan ke
Jakarta, rencananya mau menggunakan kereta Sawunggaling, kemudian aku beli
tiket, dengan naik eksalator, harga tiket 852.
Berikutnya aku menunggu antrian untuk
ikut naik kereta api, banyak orang berlalulalang disitu. Kereta demi kereta
telah lewat, kini giliran kereta yang aku tumpangi telah datang. Kereta
berhenti dan penumpangnyapun pada naik, tapi kok cuman sedikit saja
penumpangnya, ada sekitar 7 orang, ada sepasang suami istri dengan seorang
anaknya yang masih kecil, kira-kira berusia 3 tahunan, kemudian ada 2 orang
laki2 yang menggunakan baju batik, kelihatannya orang dari kampung, kemudian
aku dan satu lagi masinis kereta api yang mengendalikan laju kereta api.
Pada sa’at menumpang kereta tersebut,
aku tidak langsung masuk kedalam kereta, tetapi aku masih berdiri di bagian
depan lokomotifnya, kemudian kereta berjalan, sementara aku masih tetap berdiri
di bagian depan lokomotif sambil menikmati perjalanan.
Perjalanan pertama, setelah keluar
dari stasiun, kereta beriringan dengan beberapa kereta, dengan menyusuri rel kereta
yang lurus, tanpa ada kelokan, kemudian, melewati tanah yang bergelombang,
berpapasan dengan kendaraan lain, tetapi tetap
melaju dengan nyamannya. Kira-kira 3 jam perjalanan, kemudian aku masuk
kedalam kereta. Di dalam kereta ternyata kursi-kursinya sudah pada keropos,
sudah pada karatan dan kotor, disitu juga ada kursi plastik yang sudah sangat
kusam, warnanya saja sudah pudar, saking pudarnya sampai ga tahu, dulunya kursi
itu berwarna apa. Aku tarik kursi itu untuk tempat duduk aku, tetapi sepasang
suami istri itu mengatakan, kalau kursinya kotor, kemudian aku tidak jadi
duduk. Aku melihat dibelakang tempat duduk sepasang suami istri itu masih
tersisa dua bangku panjang yang kosong. Maksudku aku mau duduk di bangku
belakang itu. Aku bergegas menuju ke bangku di belakang, sambil menuju ke
bangku, disamping ada pintu, dan aku melongok keluar, disitu aku baca tulisan,
yang aku tafsirkan daerah di Jakarta, artinya perjalananku sudah mau sampaii.
Belum sempat aku duduk, kereta sudah berhenti, masinis bilang kalau kita sudah
nyampai jakarta dan mau masuk stasiun, kereta mesti berhenti untuk menunggu
antrian masuk stasiun. Kemudian aku keluar berjalan disekitar kereta, ada
sawah, ada juga bangunan yang ga keurus, disitu banyak mobil yang sangat
berdebu, kelihantanya sudah lama dionggokkan begitu saja. Didekat stasiun ada
rumah kecil yang juga kelihatan lusuh, katanya itu rumahnya masinis kereta yang
aku tumpangi. Masinis mempersilahkan aku masuk kerumah, kemudian aku masuk
kerumah dan melihat sekeliling ruangan dalam rumah. Ada tiga ruangan disitu
satu ruangan kelihatan sebuah dapur, disitu aku lihat seorang gadis, sepertinya
anaknya pak masinis, karena dia disuruh membuatkan minum untukku, kemudian
gadis itu bergegas membuatkan minum untukku. Ruang kedua adalah sebuah kamar
tidur (kemungkinan), yang ditutup dengan tirai yang sangat lusuh, danterbuka
separonya, tetapi aku lihat kedalamnya kurang jelas, karena agak gelap.
Kemudian ruangan yang ketiga adalah sebuah ruang tamu merangkap yang lainnya,
disitu aku jumpai kursi jengki, kursi pada jaman dulu, dengan anyaman rotan,
lalu aku juga jumpai sebuah kandang burung, yang didalamnya ada burung dan
tikus, tetapi rukun, tikusnya tidak mau makan burung. Aku tanya pada pak
masinis, masih lamakah kita menunggunya? Pak masinis bilang sebentar lagi, itu
sudah ada tanda/singyal kalau kereta kita sudah berangkat. Lho pak kita nunggu
disini tadi sudah berapa lama? Tanyaku pada masinis. Masinis menjawab, kita
sudah nunggu disini selama tiga hari. Astaghfirullohalazim, ternyata sudah tiga
hari kami menunggu disitu.
Masinis
kemudian mengajak kami melanjutkkan perjalanan masuk ke stasiun. Rel menuju
stasiun bercabang dua, yang satu arah ke selatan, sedang satunya lurus ke
tengah. Kereta kami mulai jalan, anehnya keretanya kok tiba2 bisa jalan
sendiri. Anehnya lagi keretanya menuju arah selatan, tetapi aku kok masuk
stasiun. Didalam stasiun itu ada beberapa bangunan, salah satunya seperti
bangunan bengkel mobil yang sudah lama ga dioperasikan. Didalam situ banyak
sekali mobil, yang juga berdebu, mobil diparkir saling berdempetan. Ada mobil
stasion warna biru yang keluar dengan cara mundur dahulu, waah kok mudah sekali
ya mengeluarkan mobil dari bengkel, yang didalamnya banyak mobil parkir
berdempetan. Sekilas aku lihat suamiku lewat di dekat parkiran mobil dengan
membawa tas berwarna merah yang digeledek, tas itu aku bawa waktu aku dan
suamiku rekreasi ke Jakarta beberapa minggu yang lalu. Sebelah bengkel ada
ruangan lagi yang ga jelas untuk apa, disitu aku lihat ada bangku dan lemari
dan ada seseorang disitu, katanya mencari aku. Aku kemudian menuju keruangan
itu karena ada yang mencariku. Selintas aku lihat Afi, anak gadisku sepertinya
sedang mencari aku dengan membawa balon merah yang berbentuk bunga, yang
disembunyikan dibelakang punggungnya. Lalu aku panggil Afi....... Afi......
lalu dia menolehku lalu menuju kepelukanku. Sebelum aku berpelukan tadi rasanya
penglihatannya buram ga begitu jelas, tetapi setelah aku berpelukan dengan anak
gadisku penglihatannya ga buram lagi, jelas kulihat roman mukanya. Afi aku
kangen banget sama kamu........ begitu kukatakan padanya........ dia lalu
memandangku sambil senyum...... kupandangi dia, diwajahnya ada jerawat. Lho kok
mukamu berjerawat, gitu sapaku..... ga pa2 kok bu, ntar juga hilang, begitu
jawabnya. Lalu tangannya diusapkan kewajahnya, setelah hilang deh jerawatnya........
kemudian aku pandangi dia lagi, wajahnya kekuningan, tangannya aku elus aku
pegangi dan aku peluk, tangannya juga agak kekuningan. Dipertemuan itu aku juga
ketemu dengan suami dari temannya Puni, dia bilang lho mbak Afi khan sudah
meninggal, dia ragu2 untuk mengulurkan tangan bersalaman. Kemudian aku
teringat...... oh ya Afi anak gadisku khan sudah meninggal..... tapi aku
tepiskan rasanya itu...pokoknya entah dia meninggal atau belum tetap dia aku
peluk ak elus2 aku belai untuk memuaskan rasa kangenku. Afi bilang kalau dia
sekarang sudah menjabat menjadi sekjen, dia selalu tertawa, bahagia rasanya,
dia selalu tertawa dan tertawa....... aku juga nanya pada dia.... gimana
sekarang teman2mu, apakah baru semua atau ada teman yang lama, agak lama dia
tidak menjawab, kelihatannya dia sedang berfikir.....kemudian jawabnya, banyak
yang baru bu, tapi ada juga yang lama kok...... kemudian aku ingat dia pernah
kecelakaan kaki dan tangannya patah, aku mau tanyakan tentang itu, tadi sayup2
aku dengar ada suara orang sedang mengaji......... aku belum jadi tanyakan itu
ke gadisku...... lalu aku terbangun, ternyata sudah menjelang subuh, dan suara
mengaji adalah suara yang berasal dari tempat ibadah mushola yang ada didekat
rumahku.......... Afi aku kangen kau nak....... tapi aku lega karena semalam
kita sudah ketemu......dan kau selalu senyum dan tertawa .............
Ya
Alloh, ampunkanlah segala dosa dan kekhilafan anakku Makmur Afiati Normasani
binti Agus Salim, terima amal ibadahnya dan amal baiknya, tempatkanlah di
tempat yang layak disisiMU Ya Alloh. Hanya kepadaMulah aku
memohon.................
Add caption |
in memorium...........
BalasHapus