I
|
PENDAHULUAN
Anggrek banyak disukai oleh
hampir semua orang, karena anggrek mempunyai bunga yang sangat indah.
Dibandingkan dengan bunga yang lain, anggrek mempunyai beberapa kelebihan,
kelebihan itu antara lain; masa berbunga anggrek yang cukup lama, sekitar 1
sampai dengan 3 bulan, namun ada pula beberapa anggrek spesies yang hanya
berbunga selama satu hari; bentuk, ukuran dan warna mempunyai keanekaragaman
yang banyak; mempunyai penggemar yang terhimpun dalam perhimpunan anggrek
sampai dengan tingkat dunia, di Indonesia diwadahi dalam PAI (Perhimpunan
Anggrek Indonesia); banyak digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti parcel,
pernikahan, rangkaian bunga, bunga potong, bunga anggrek dalam pot, maupun
untuk anggrek koleksi; mempunyai jaringan pemasaran cukup luas dan beragam,
baik dipasar nasional maupun internasional.
Teknik kultur jaringan dimengerti sebagai istilah untuk
budidaya secara in vitro dari semua
bagian tanaman, termasuk pula tanaman anggrek. Melalui kultur jaringan pula
kita dapat melakukan perbanyakan anggrek, baik secara vegetatif maupun
generatif. Melalui kultur jaringan, dapat dilakukan berbagai hal yang berkaitan
dengan pengembangan anggrek yang tidak dapat dilakukan secara konvensional.
Dengan kultur jaringan juga dapat dilakukan perbanyakan dengan jumlah banyak
dan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu dapat dihasilkan anggrek yang
memiliki sifat sama dengan induknya dan pertumbuhannya relatif seragam. Jika
kita memperoleh anggrek asal luar negeri dengan kualitas unggul, anggrek itu
dapat diperbanyak melalui teknik kultur jaringan, sehingga tidak perlu
mengimpor terus menerus (Sandra, 2003).
Sampai sekarang, anggrek-anggrek unggul masih banyak yang
berasal dari luar negeri, dan sebagian pedagang Indonesia mengimpornya karena
banyak hobiis yang menyukainya. Namun, kita tidak mampu memperbanyaknya dalam
waktu yang singkat serta dalam jumlah yang banyak dan seragam, sehingga tetap
tergantung pada negara produsen anggrek tersebut. Melalui kultur jaringan
permasalahan tersebut dapat diatasi. Di Indonesia perbanyakan anggrek dengan
teknik kultur jaringan belum banyak dilakukan masyarakat, karena mereka masih
beranggapan bahwa kultur jaringan memerlukan biaya yang mahal dan harus
mempunyai ketrampilan khusus. Namun sebenarnya biaya yang mahal dapat disiasati
dengan memodifikasi bahan dan alat yang diperlukan, sedangkan ketrampilan bisa
dilakukan dengan pelatihan. Sehingga peluang komersial usaha bibit anggrek
kultur jaringan masih cukup terbuka luas.
Dalam usaha bibit anggrek kultur jaringan pada umumnya
dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu; bibit yang dihasilkan dari biji,
hal ini biasanya merupakan hasil silangan dari berbagai macam jenis dan
varietas anggrek, sedang jenis bibit yang lain adalah dihasilkan dari bagian
vegetatif dari tanaman anggrek, sehingga untuk bibit jenis ini sudah diketahui
ciri-ciri tanamannya, terutama bunganya. Pada bibit yang dihasilkan dari biji
(hasil silangan), kita belum tahu persis bagaimana ciri-ciri tanamannya, termasuk
bunganya, karena bibit ini akan membawa sifat induknya baik induk jantan maupun
betinanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar